Aku Hanya Peduli

by 17.30 0 komentar

sumber: Google

Hay Pria. Tak ada gagah gagahnya kau letakkan seputung rokok disela jari, yang bagiku sangat tak menawan. Melihatnya saja, sama seperti ku melihat cacing digulung dengan sehelai kertas kusam. Kau tak terlihat keren ataupun bersahaja. Tak tau malu membagikan ancaman penyakit bagi orang-orang disekitarmu. Jangan kau pikirkan orang lain. Bahkan, keluargamu pun tak kau perdulikan tentang bahayanya. Menyimpan racun yang semakin lama menggunung. Nanti ketika sudah waktunya, lahar penyakit yang kau kumpulkan akan membabi buta. membuatmu tak tanggung-tanggung kejang, asma, batuk bersimbah darah, dan tewas dijalanan.
Duhai..
Begitu mengerikannya. Sama, jika kau hisap rokokmu itu didepan banyak orang. Orang yang berada denganmu sama saja kau bunuh secara diam-diam. Mengaku bukan pembunuh padahal caramu terbukti membunuh dengan pelan. Aku heran mengapa orang-orang berlomba-lomba membeli rokok? Aku heran kenapa orang-orang berbondong-bondong menghirup rokok?. Padahal uangnya bisa kau gunakan untuk membeli susu anakmu, atau membeli beras untuk keluargamu. Mungkin untuk kau, yang belum memiliki tanggungan. padahal kau bisa menabung untuk biaya pendidikan, Kau juga bisa gunakan untuk kebaikan.
Oh tuhan ..
Mengapa dengan semua ini. Ini benar-benar racun. percuma kalau dimana-mana tercantum rokok membunuhmu, tempelan gambar kemasan berupa penyakit yang mematikan. Tak ada guna. Hanya sebagai peringatan tapi tak dihiraukan. Sulit memang jika tak ada pemahaman sampai masuk ke hati hingga otak. Andai saja ada kasus yang membuktikan rokok menyembabkan kematian yang mendadak saat pertama dihisap. mungkin orang akan takut untuk memakainya. Sayang seribu kali sayang. Jika kasus itu terjadi aku yakin, Memegangpun mereka akan berpikir dua kali bahkan seribu kali.
Kau yang rezekinya masih dilimpahkan oleh Allah. Kau yang kesehatannya masih diberikan oleh Allah, dan kau yang masih merasa sayang tubuhmu. Semoga kau bisa membuang dan tak menyentuhnya. Ini demi kau, bukan untukku. Sungguh, demi keluargamu. Bukan untuk keluargaku. Benar, untuk orang-orang disekelilingmu. Bukan untuk orang disekelilingku. Terserah, pasrah jika kau sudah diteriaki seribu kali, tapi tetap menyumbat telingamu itu dengan headset ibarat kenikmatan mendengarkan lagu melankolis, atau lagu punk rock. Terserah jika tiba-tiba nanti kau terserang jantung seperti kau tersambar kereta, karena asik berjalan di jalur yang salah.
Jika tak sayang kau, tak mau aku seperti ini. Malah akan aku biarkan hingga pipimu mengempis, gigimu menguning, dan matamu memerah.
Maaf. Maaf jika diriku terlalu frontal. Sudah tak ada guna jika ku bebicara seperti putri keraton yang lemah lagi lembut. Itu hanya membuatmu malah tertidur pulas, bagaiku menceritakan dongeng si cindelaras.
Maaf, aku tak berkata melarang tapi aku hanya mengingatkan. Karena kami orang disekelilingmu punya hak untuk sehat, karena udara di bumi ini punya hak untuk bersih, karena api yang kau gunakan punya hak untuk manfaat kebaikan.

lita chan

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar